Kota Banjar, LHI,- Hari Rabu 2 April 2025 H. Eka Santosa dan Yayan Herdiana bersilaturahmi bersama Wali Kota Banjar H. Sudarsono di Pendopo Banjar. Selain sebagai kawan sekolah tentunya hal ini masih dalam momen lebaran yang ketiganya erat saling peduli berkontribusi terhadap Banjar masa ke masa.
Nostalgia Perjalanan Banjar Menjadi Kota Banjar;
"Saya bersukur yah bahwa ada kondisi berubah, dari sebuah harapan ketika Banjar bukan di gagas tapi dipertaruhkan oleh sebuah konstalasi politik negara pada saat itu di era reformasi. Amanat UU nomor 22 Tahun 1999 sebagai pengganti UU nomor 574 tentang pemilihan kepala pemerintahan daerah. Banjar termasuk 5 daerah yang oleh undang - undang di amanatkan untuk disikapi oleh DPRD provinsi Jabar, untuk ditingkatkan statusnya atau dikembalikan menjadi kecamatan," tutur Eka.
Artinya bahwa proses Banjar menjadi daerah otonom adalah sebuah proses politik, tentu memerlukan sebuah suatu regulasi yang pada saat itu dibebankan kepada Provinsi Jabar. Di sahkanya oleh DPR RI karena menjadi daerah otonom antara pemerintah departemen dalam negeri dengan DPR RI. Eka menegaskan bahwa pada proses awalnya memang di amanatkan oleh UU 22 Tahun 99 diberikan batas waktu hingga bulan Juli tahun 2001, jika tidak ditingkatkan status Banjar maka akan dikembalikan menjadi Kecamatan Banjar.
"Nah dari 5 daerah yang waktu itu ada di wilayah Jawa barat di awal pasca Reformasi 98 ke 99 yaitu Cilegon, Cimahi, Depok, Kota Tasik, dan Kota Banjar," terangnya.
Dalam prosesnya ada sedikit silang pendapat yang cukup kontroversi antara Cimahi dan Banjar yaitu semacam ada arus yang ingin bernuansa dikembalikan ke Kecamatan dibawah Kabupaten Ciamis. Nuansa itu datang dari eksekutif provinsi, Eka mensinyalir kemungkinan ada pesanan dari orang yang berkepentingan. Dikarenakan muncul gerakan pemboikotan Banjar untuk dikesankan sebagai kota yang tidak layak, salah satunya adanya pemblokiran terminal dan riak - riak demo menolak peningkatan status Banjar menjadi Kota.
"Sebenarnya ini suatu dinamika dan kebetulan saya waktu itu sebagai Ketua komisi A DPRD Provinsi Jabar. Saat awal setelah reformasi Tahun 99 membidangi pemerintahan, otomatis saya sebagai Ketua panja. Lalu Tahun 2000 saya menjadi Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, jadi bukan saya ingin mengklaim Audzubillah himindaliq. Inikan perjuangan kita semua. Di Banjar juga ada gerakan yang keberatan untuk ditingkatkan dan ada yang mendukung," papar Eka.
Diungkapkannya hingga sampai klimaksnya pada saat itu Eka (Ketua DPRD Jabar) dengan Gubenur Jabar harus melihat langsung secara fisik. Nuansa Gedung sate itu terasa cenderung untuk mengembalikan kembali Banjar menjadi Kecamatan atau diserahkan kembali ke Kabupaten Ciamis.
Bertekad bulat ia memperhatikan aspirasi masyarakat Banjar yang menjadi kegundahan sebuah harapan untuk memperbaiki nasib masyarakat Banjar, mau tidak mau Banjar statusnya harus ditingkatkan menjadi Pemerintahan Kota Banjar. Eka menceritakan bahwa Kota Banjar diketuk palu dalam kondisi yang ab normal dalam pengertian dari sisi DPRD waktu itu.
"Ingatkan dulu ada peristiwa buruh yang membakar gedung DPRD Jawa Barat? sudah ada agenda pengesahan Cimahi dan Banjar Tiba - tiba ada huru hara. Lalu orang mengatakan bahwa tidak mungkin dilaksanakan paripurna. Lalu saya bilang, loh engak begitu bahwa keabsahan parlemen itu kan bukan di gedung tetapi di korum. Nah Alhamdulillah dalam keadaan terseok - seok bahkan situasi di DPRD Jabar baik kursi dan kaca berantakan. Saya mengambil satu sikap dan memihak kepada keinginan mayoritas masyarakat Kota Banjar untuk ditingkatkan yang akhirnya diketok palu lah, kebetulan saat itu saya sudah diposisi selaku Ketua DPRD jawa barat," urai Eka.
Saat itu Eka merasakan adanya nuansa heroik yang mempunyai nilai semangat dalam sejarah perjalanan hidupnya. Tak ada hal yang kebetulan dalam kehidupan, lantas Eka bercerita dirinya bersama kang Yayan adalah satu sekolah di SDN 10 Banjar. Dilanjutkan sekolah SMP di Banjar bahkan ia pernah menjadi ketua OSIS SMAN 1 Banjar. Eka Santosa juga aktif di Pramuka dan Karang taruna.
"Jadi saya itu menemukan sebuah nilai dan pola fikir hingga mengerti tentang kultur Banjar dan itu yang menjadi semangat kita. Tentu harapannya dengan ditingkatkannya status menjadi Pemerintah Kota Banjar berdampak kepada perbaikan nasib masyarakat Banjar terutama bagaimana meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya," ungkapnya.
Di akui Eka, dalam prosesnya ada dinamika politik yang tidak harus di flashback. Ia menegaskan bahwa dulu DPRD Kota Banjar pernah berkantor sementara di SD Jalan Baru yang sekarang Jalan Kapten Jamhur. Para anggota Dewan Banjar menyatakan siap berkantor di SD, waktu itu yang menjadi Ketua DPRD Kota Banjar adalah Bapak H. Unen pensiunan Guru biologi sebagai guru semasa Eka bersekolah.
Dari semangat itu yang harus tetap di ingat. Pemkot Banjar lahir, ini hasil sebuah proses jerih payah dan pertaruhan politis. Kemudian terbentuk pemerintahan lewat mekanisme berkolaborasi antar kekuatan pemenang pemilu Wali Kotanya Dr. Herman yang pernah menjabat sebagai ketua DPRD Ciamis. Proses pemilihan kepala Daerah waktu itu masih dengan sistem dipilih oleh DPRD.
"Ada hal sedikit bergeser dari sebuah harapan masyarakat Banjar, sehingga ada semacam stuck komunikasi terhadap apa yang di harapkan secara idealis dari peningkatan Pemkot Banjar dengan potensi apa untuk dikembangkan kurang sejalan dengan aura kekuasaan. Eka menceritakan dari hal tersebut membuatnya rada terputus sedikit komunikasi saat itu. Akan tetapi ia tidak pernah putus berkomunikasi dengan masyarakat Banjar dalam memperjuangkan Kota Banjar.
"Saya tidak bermaksud mendiskreditkan beliau (Wali Kota Banjar saat itu) atau siapapun. Namun faktanya perbaikan taraf hidup kesejahteraan masyarakat Banjar tidak terlalu signifikan, meski dari awal kami sudah mengkhawatirkannya. Pasalnya wilayah Pemkot Banjar dengan penduduk berkisar 200 ribuan dalam wilayah 4 kecamatan, itu sangat kecil. Sehingga waktu itu prioritas membangun Banjar mau tidak mau harusnya menjadi Kota Jasa dan perdagangan karena secara kewilayahan Kota Banjar merupakan Kota Kecil sebagai perbatasan provinsi Jawa barat dengan Jawa tengah. Banjar sebagai lintasan wisata termasuk ke arah Jawa Timur. Pada awal Pemkot Banjar terlahir tampaknya ada pengelolaan menajemen pemerintahan kurang memperhatikan hal - hal yang menjadi tujuan utama tadi. Banjar memiliki sebuah sejarah panjang yang disebut sepanjang jalan Letjen Suwarto jadi basis revolusi. Kita mengenal statsion kereta api Banjar adalah statsion besar mengalahkan Ciamis karena Banjar sebagai lintasan tranportasi bisnis dan wisata ke arah Jawa Tengah dan Pangandaran. Jadi memang Banjar sudah dari sonohnya sejak jaman kolonialnya dengan Banjar ikon jembatan viaduc (viade), ada ke Khasan Banjar dikenal Kota 24 jam hidup tidak pernah tidur di Banding dengan Ciamis," papar Eka.
Sebenarnya sudah terpeta bahwa Banjar sebagai Kota jasa translit perekonomian di Jawa Barat bahkan menasional karena nilai bisnis secara letak geografisnya Banjar terhubung erat dengan provinsi Jawa Tengah. Dulu banyak pelajar dari wilayah Jawa Tengah yang bersekolah di Banjar, Eka menegaskan salah satu buktinya adalah banyak kawan - kawan alumni sekolahnya yang berasal dari Mergosari dan daerah Jawatengah lainnya.
Kemudian Eka menegaskan kembali yang membuat optimismenya pada waktu itu jaman Bupati Ciamis Oma, dari sisi SDM Banjar memiliki orang yang hebat - hebat terdapat tokoh perintis kemerdekaan, Hamara Effendi, Dokter badra, Ibing Kalyubi eks ketua DPRD Ciamis 3 periode lebih. Dinamika politik Ciamis jelas banyak tokoh berpengaruh asal dari Banjar sebagai basiclee.
Benang - benang nilai perjuangan dan warisan dari nilai - nilai perdagangan di Banjar menjadi pasar bukan hanya milik orang Banjar tapi memiliki cover wilayah luas yakni antar provinsi. Namun dalam perjalananya Eka menegaskan tidak bermaksud menyesali, pasalnya di satu sisi konsep membangun Banjar dari sisi idealis setelah memperjuangkan Banjar menjadi Kota Banjar dengan kepentingan kekuasaan berpuluh tahun ke belakang hanya lebih besarnya sampai pada batas pola pikir politis berkuasa saja.
Hal Ini yang menjadi handicap akibat perjalanan kurang lebih 23 tahun akhirnya Banjar berjalan lambat hingga saat ini dalam hal perbaikan hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
Pertanyaannya kenapa Kota Banjar berpuluh tahun menjadi Kota dengan UMR terendah se-provinsi Jawa Barat? Eka mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utamanya atas minimnya Investor. Sedangkan untuk mendatangkan banyak investor itu Banjar harus di menej memiliki potensi bisnis yang besar dan Banjar harus memiliki nilai bisnis yang berjangka panjang.
"Jadi kesimpulannya menurut saya maaf yah, ada bagian yang salah urus. Terlalu lebih didekati kepentingan kekuasaan bukan dari pengembangan potensi budaya, perdagangan dan jasa maupun SDM dan SDA Banjar. Putra - Putra Banjar banyak yang berhasil ada di birokrasi dan swasta tapi tampaknya potensi SDM itu tidak termanfaatkan dengan baik. Kurangnya ada dialog bahkan Kang Yayan yang sukses 40 tahunan di Francis, selama Pemkot Banjar berdiri belum pernah di undang untuk berdiskusi agar dapat memberikan kontribusi pembagunan dalam memajukan Kota Banjar," cetus Eka.
Putra asal Banjar ada yang sukses dibirokrasi berhasil menjadi kepala Perhutani Jawa Barat tapi tampaknya ajakan untuk membangun Banjar kala itu nampak kurang.
"Tahun kemarin kita sudah melalui proses pilkada serentak, ini kami murni terpanggil sebagai orang Banjar yang sudah berusia kepala enam (6) kita tidak sedang dalam hal berpolitis tapi bagaimana caranya kita hadir di pendopo Wali Kota Banjar ini untuk dapat berbuat sepertihalnya pribahasa harimau meninggalkan belang. Artinya kami ikut mengabdikan diri mewakafkan diri disisa umur sudah tua ini namun secara kebetulan pula bahwa yang maha kuasa (Allah SWT) memberikan amanah kepada kawan kami yaitu Bapak Ir. H. Sudarsono merupakan sahabat satu sekolahan kami. Saya meyakini beliau mapan baik dari keilmuan maupun secara tatanan ekonomi. Sejak dulu sekolahpun beliau sudah mengunakan kendaraan yang cukup layak nah artinya kami terpanggil hadir disini sekalian silaturahmi idul Fitri dan ternyata benar bahwa pendopo wali kota Banjar ini sekarang terbuka menerima masyarakat dari lapisan manapun untuk berdialog berkomunikasi sebagai salah satu sarana untuk membangun bersama - sama siapapun tanpa melihat perbedaan warna apapun," paparanya.
Diceritakan Eka, sekitar tahun 75-76 pendopo Banjar pernah didatangi malam hari oleh Presiden Soeharto dan memilih menginap di pendopo. Hal ini menjadi sejarah penguat motivasi Eka dan Yayan agar lebih optimis membangun Kota Banjar dalam mengembalikan tujuan idealis perjuangan agar tidak keluar dari tujuan nilai sejarah dalam meningkatkan status menjadi Pemkot Banjar.
Tidak ada kata istilah terlambat, masa lalu adalah masa lalu dan Banjar memiliki kultur masyarakatnya dari dulu kompak bahkan dulu ada wadah ikatan pelajar mahasiswa Banjar lalu FPB forum peduli Banjar yang dominannya wadah tersebut lebih banyak orang Banjar yang berada di luar Banjar sering mengadakan pertemuan silaturahmi tatap muka, meski saat ini mulai pudar nah justru hal ini seharusnya itu adalah potensi yang harus dikembangkan. Lalu ada kearifan lokal seperti sandiwara dan kesenian - kesenian khas Banjar dan cipta rasa kuliner - kuliner jaman dulu serta potensi sungai Citanduy yang harus dilestarikan dan dikembangkan menjadi nilai kemajuan Kota Banjar.
"Saya tidak harus meratapi dan menyalahkan siapapun yah tapi itulah faktanya menjadi PR bersama semua masyarakat Kota Banjar. Saya sebagai penggagas inisiatif mendukung status Banjar menjadi Pemkot Banjar merasa senang, wali Kota Banjar sekarang (H. Sudarsono) terbuka kepada publik dari semua elemen masyarakat untuk berkomunikasi langsung dengan Wali Kota Banjar karena Wali Kota selain pelayan publik juga pemimpin semua birokrasi pemerintahan yang ada di tubuh Kota Banjar. Jadi kita sudah bagus dan ini penting memang harus di mulai dari hal ini dulu untuk melayani kepentingan masyarakat dan menjadi regulator kenyamanan aman kepada warga baik dari tekana kriminalitas dan yang terakhir harus bertujuan ini semua untuk mensejahterakan rakyatnya," Kata Eka.
Eka Santosa yang pernah menjadi Anggota DPR RI di komisi membidangi Pemerintahan, hapal betul tugas fungsi Gubernur dan Wali Kota/ Bupati. Ia juga kuliah dulu memperdalam di fakultas ilmu pemerintahan, tiga tugas pokoh kepala daerah yaitu sebagai pelayan publik masyarakat, pemberi jaminan kenyamanan dan keamanan kepada warganya dan bertugas untuk mensejahterakan masyarakat Banjar.
Kemudian Eka menegaskan, banyak calon pemimpin orang Banjar yang potensial akan tetapi pemilu sudah lewat dan Allah memberikan amanat kekuasaan untuk mimpin Kota Banjar kepada H. Sudarsono dan H. Supriana dan dirinya terpanggil secara moral untuk turut berkontribusi baik yang sudah sedang berjalan seperti penanganan persampahan maupun hal lainnya yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan kehidupan warga Banjar.
Eka sedikit menjelaskan garis besar dari pilkada langsung dipilih oleh rakyat. Peranan partai lebih kepada sebagai pengusung syarat administrasi menghantarkan sebagai kontestan yang terbalik jika dengan pileg yang mana kewenangan partai menugaskan kadernya untuk menjadi wakil rakyat. Kembali kepada tugas Wali Kota Adalah yang dipilih langsung oleh masyarakat jadi harus mengakomodir seluruh kepentingan rakyat guna meningkatkan taraf hidup kesejahteraan tanpa terkecuali.
"Kita sebagai teman bersepakat untuk membangun Banjar dengan semangat tujuan awal sesuai potensinya Kota jasa trasnslit dan perdagangan. Tapi kita juga bertanya kepada Wali Kota Banjar H. Sudarsono bahwa kita mau membuat apa agar tercapainya tujuan dasar peningkatan status Banjar menjadi Kota Banjar ini. Bagaimana Banjar ke depan, Ibarat menciptakan belangnya maung dan menciptakan gadingnya gajah, jadi kita berfikir kebaikan meniggalan sisa hidup pengabdian ini untuk kemaslahatan jadi dimensinya tidak poliitis tapi bertujuan kepada moralitas. 20 tahun, saya baru sekarang menginjakan kaki Kembali di pendopo Banjar dan ini saya tegaskan bukan politis tapi sebagai moralitas yah," turut Eka.
Performa Wali Kota harus berbentuk pelayanan masyarakat dan fasilitas saranan yang dimiliki Wali Kota itu untuk kepentingan masyarakat Kota Banjar. Dari situ saja dulu harus memulainya. Eka mengungkapkan bahwa rumah pribadi milik H. Sudarsono lebih bagus dari pendopo artinya pada faktanya bahwa tujuan H. Darsono jadi Wali Kota Banjar adalah untuk kepentingan dalam rangka pengabdian diri mensejahterakan warga Kota Banjar. Eka merasa H. Darsono buat apa harus maling/ korupsi. Menurutnya karena secara ekonominya H. Darsono sudah mapan.
"Saya sekaligus mewakili alumni sekolah teman sedang berfikir positif ting teng, saya juga salah satu bagian dari forum peduli Banjar. Kini sedang mempersiapkan potensi dari investor lokal orang Banjar ataupun menggaet investor dari luar agar mau mendirikan bisnisnya yang cocok di wilayah Kota Banjar. Tiada lain untuk meningkatan kesejahteraan warga Banjar meski dari potensi di Banjar ini cukup terbatas tapi kita sedang mensiasatinya agar menjadi optimal. Perihal birokrasi berjalan sesuai mekanismenya lalu legislatif ada kompetensinya dan kita sebagai keluarga besar warga Banjar yang ada di Banjar maupun diluar Banjar harus terakomodir. Pengoptimalan wajah perbatasan Kota Banjar merupakan wajah perbatasan provinsi jawa barat dan jawa tengah sedang turut dipikirkan dan di diskusikan oleh Eka Santosa dan kawan - kawan," imbuhnya.
Kawan sekolah dan teman semasa kecil H. Sudarsono, Yayan menyampaikan;
"Nama saya Yayan Herdiana asli orang Parung sari, saya sudah 44 tahun di Francis bukan bermaksud jumawa melainkan terus memperhatikan dan peduli ke Kota Banjar. Saya hanya menambahkan saja, Kang Eka dan Kang Darsono adalah teman sekolah bahkan rerencangan bermain sejak masa kecil. Memang selama ini saya sering bolak balik Paris - Banjar namun Banjar ini tidak ada perubahan yah. Sekarang sama teman - teman sedang berdiskusi dan melangkah hal apa yang bisa diperbuat untuk Banjar ke depan".
Yayan menyampaikan harapan, atas H. Darsono terpilih menjadi Wali Kota Banjar, mudah - mudahan dan memang sudah seharusnya adanya perubahan yang jelas dan besar artinya perubahan tersebut bukan hanya dari Bapak Darsono sendiri melainkan perubahan dari pola hidup masyarakat Banjar semuanya. Jika tidak ada perubahan dari rakyat makan tidak akan ada perubahan yang signifikan. Hal kedua yang saya tekankan adalah masalah disiplin, karena saya sudah lama tinggal di eropa (bukan menyombongkan diri) tapi kita wajib belajar dari negara dan karakter rakyat yang sudah maju. Kalau mau maju sejahtera yah memang hidup ini kita harus disiplin. Apalagi kita mayoritas sebagai umat muslim, diri kita harus bersih begitu juga lingkungan rumah dan di jalan - jalan Kota Banjar ini harus bersih dan tertata rapih sedap dipandang secara estetika. Sadar diri dan kebersihan harus dijaga harus membiaskan diri menjadi terbiasa contoh kecil melihat sampah di jalan lalu memungut dan memasukan sampah ke tong sampah itu harus kita lakukan bersama - sama. Lalu tempat peribadatan contohnya Masjid Agung Alun - alun Banjar masih sangat perlu penanganan kebersihannya tetap terjaga jangan sampai kotor dan tecium aroma bau berlama - lama karena Masjid itu tempat ibadah yang harus terjaga kesuciannya. Jika nanti ada jemaah luar Banjar beribadah ke Masjid kita ternyata kotor dan bau kan yang malu kita sebagai orang Banjar. Saya sebagai umat muslim meski jarang berada di Banjar ini jadi malu sendiri.
"Saya yakin dengan komitmennya Pak H. Darsono sebagai Wali Kota Banjar akan terdapat perubahan dan harus dibantu perubahan tersebut bersama masyarakatnya. Apabila masyarakatnya jorok tidak saling mawas diri menjaga kebersihan maka akan lama lagi perubahan yang lebih baik untuk mencapai kemajuan kesejahteraan hidup warganya," papar Yayan.
Sebagaimana Allah SWT melalui Nabi Muhamamd SAW memerintahkan untuk menjaga kebersihan dimanapun berada maka akan diturunkannya limpahan keberkahan rejeki yang terus menerus membesar, dianugerahkannya kesehatan pula bagi masyarakat (umatnya) serta menjadikan lingkungan alam yang nyaman dan aman karena alamnya di jaga terlestarikan baik oleh pemerintahnya maupun oleh rakyatnya.
"Saya itu mau Banjar maju tapi masyarakatnya juga harus mau berubah dari diri sendiri secara mentalitasnya terutama dalam hal kedisiplinan. Dan nanti dengan sendirinya kita juga akan dengan mudah para investor melirik Kota Banjar untuk berinvestasi," Tutur Yayan.
Lantas Eka Santosa sedang berikhtiar keras dalam penanganan persampahan di Kota Banjar yang lebih menekankan selain Kota Banjar bersih dari sampah melainkan masyarakat harus teredukasi sadar sampah harus terbiasa mau memilah sampah dimulai dari rumahnya masing - masing. Menurutnya sampah itu memiliki nilai rupiah untuk dikelola menjadi industri sebuah produk layak jual. Ke depan dirinya setelah target tercapai meratanya masyarakat teredukasi dan terbiasa turut serta berperan dalam pengelolaan sampah, ia memiliki niat untuk menggaet investor dalam hal memproduksi sampah menjadi barang jadi yang nantinya ke depan akan menyedot lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Banjar menjadi mata pencaharian untuk menunjang kesejahteraan ekonomi.
Wali Kota Banjar Ir. H. Sudarsono menegaskan kepada tim awak media Lintas Pena Media Group, bahwasannya ruang investasi terbuka dan siap membantu perijinannya dengan gratis.
"Saya membuka diri bagi siapapun, apalagi teman - teman mau membantu ya pastilah supaya Banjar lebih maju. Kalau soal keterbukaan saya dari awal sudah terbuka. Kalau ada investor saya hadapi bukan saya mau bergaining masalah ngasih apa, justru bisi aya anu ngahalangan (jaga-jaga jika ada yang mau menghalangi masuknya investor) perijinannya siap saya buatkan gratis. Teu kudu aya istilah ngajak makan siang gratis ke saya, beneran eta mah (tidak harus ngajak makan siang gratis ke saya, serius)," ucap H. Sudarsono.
Wali Kota Banjar, H. Sudarsono menerangkan terkait sejauh mana rencana wisata sungai Citanduy waterway dan kawasan ekonomi khusus (KEK) menurutnya tim sedang mempersiapkan tahapannya, ada 4 tim yang pertama tim pembebasan mandalare agar secepatnya bisa diambil alih. Adapun tim kedua sedang mempersiapkan test area untuk ditindaklanjuti formulanya seperti apa termasuk tim 3 dan 4 terus melangkah mempersiapkan wisata Citanduy waterway dan KEK hingga titik pintu gerbang perbatasan provinsi Jawa Barat - Cijolang dengan provinsi Jawa Tengah.
"Nanti ke 4 tim jalan bareng langkah berikutnya tapi yang paling utama harus dapat kita kuasai adalah mandalare yang ujungnya adalah terciptanya KEK hingga sepanjang perbatasan Provinsi Jabar - Jateng," pungkasnya. (Ade Aries)
0 Comments