Meranti
L.H.I
Masalah stunting merupakan masalah krusial nasional dan
menjadi salah satu atensi presiden yang harus segera dituntaskan tak terkecuali
di Kabupaten Kepulauan Meranti. Dari hasil pendataan Dinas Kesehatan Meranti jumlah
penderita Stunting didaerah perbatasan indonesia ini mencapai 1170 orang atau
12 persen dari total balita yang tersebar di 24 desa dan 6 Kecamatan
Se-Kabupaten Meranti.
Tingginya angka Stunting di Meranti
telah membuat Meranti menjadi Locus (lokasi) penuntasan masalah Stunting di
Provinsi Riau bersama Kabupaten Rokan Hilir dan Pelalawan.
Menyikapi hal itu, Kabupaten Meranti langsung
bregerak cepat dengan membentuk Tim Satgas yang terdiri dari seluruh OPD/ Dinas
terkait, Pihak Desa, serta Kader Posyandu untuk melakukan pendataan dan penanganan.
Pemkab Meranti menyadari untuk
mengatasi masalah gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi kronis tersebut
tidak dapat dilakukan sendiri tapi harus melibatkan semua pihak terkait. Untuk
itu, Pemkab Meranti disamping terus melakukan koordinasi antar OPD, Kecamatan
dan Desa juga melibatkan Pemerintah Provinsi Riau seperti yang dilakukan saat
ini dengan menggelar Rakor bersama Dinas Kesehatan Provinsi Riau, bertempat di
aula Kantor Bappeda Meranti, jumat (28/2/2020).
Rakor tersebut dipimpin langsung oleh Wakil
Bupati Kepulauan Meranti H.Said Hasyim yang dihadiri oleh Kasi Kesehatan Gizi
dan keluarga Dinas Kesehatan Provinsi Riau dr. Neng Kasmiati selaku ketua
rombongan, dan pimpinan OPD dilingkungan Pemkab Meranti.
Dalam rakor tersebut seperti dijelaskan
Wakil Bupati Kepulauan Meranti, H. Said Hasyim, masalah Stunting tak terlepas
dari pola pikir dan perilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu, untuk mengatasi Stunting hal utama yang harus
dilakukan adalah membangun jiwa dan raga masyarakat.
Masalah Stunting menurut Wabup adalah
seperti Gunung Es yang hanya terlihat di permukaan pada dasarnya banyak masalah
yang terjadi dibawahnya yang menyebabkan Stunting seperti kurang terbangunnya
jiwa dan raga masyarakat.
“Karena sebelum jiwa dan raga
masyarakat terbangun dengan baik, segala pembangunan yang dilakukan hanya
bersifat semu dan tidak berarti apa-apa. Jika pembanguan jiwa dan raga berhasil
maka otomatis akan mendorong suksesnya pembangunan lainnya dan akan membawa
bangsa ini menjadi bangsa yang besar,” jelas Wabup.
Dihadapan seluruh pejabat yang hadir Wabup
mengaku kualitas SDM di Meranti sangat terbatas untuk mengatasinya Wabup mengajak
para pengelola kegiatan di OPD merubah pola pikir jangan hanya menjalankan
kegiatan fisik yang berorientasi proyek tapi juga memikirkan masalah pembangunan
jiwa dan raga masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan.“Mari rubah pola pikir
jangan hanya berorientasi proyek, habis proyek habis semua yang penting adalah
bagaimana membangun jiwa dan raga dengan membina masyarakat,” ujar Wabup.
Selanjutnya Wabup menekankan semua
dinas bertanggung jawab dalam menuntaskan Stunting, caranya dengan
memprogramkan kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat agar bisa mandiri,
dengan meningkatnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat diyakini akan
berdampak pada peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) gizi, kesehatan, serta
kualitas pendidikan masyarakat.
Sekedar informasi, dari hasil
pendataan pihak Dinas Kesehatan saat ini sebanyak 1170 balia atau berkisar 12
persen, jumlah itu masih di bawah rata-rata nasional yang mencapai 30,8 persen.
Penderita Stunting yang tertinggi berada di Desa Tj. Dahrul Takzim Kecamatan Tebing
Tinggi Barat dengan jumlah balita penderita mencapai 30 persen.
Lebih jauh ditegaskan Wabup kunci
penuntasan Stunting ada pada kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku. untuk
itu perlu juga dilakukan sosialisai kepada tiap keluraga tentang bagaimana mengatur
gizi anak dan menjaga lingkungan tempat tinggal yang bersih.
Pencegahan Stunting merupakan
investasi pembangunan Sumber Daya Manusia dalam jangka panjang. Jika tidak
segera dituntaskan akan menjadi beban dan akan berdampak pada gagalnya pembangunan
daerah.
Wabup menekankan pencegahan Stunting adalah
kerja besar yang harus didukung oleh semua pihak khususnya OPD, Kecamatan dan Desa
yang ada di Meranti begitu juga pihak swasta.
Dengan ditunjuknya Meranti menjadi
Locus Stunting di indonesia karena letak Meranti yang sangat strategis didaerah
perbatasan, sangat menguntungkan bagi daerah karena akan mendapat perhatian
khusus dari Pemerintah Pusat. Dari informasi Dinas Kesehatan Meranti untuk
mendukung program penuntasan Stunting ini, Pemerintah Pusat telah menganggarkan
dana miliaran rupiah untuk dikucurkan di tahun 2020 ini, dana tersebut akan
dititpkan di beberapa OPD terkait salah satunya Dinas Kesehatan Meranti.
Untuk dinas kesehatan saja ditahun
2020 akan membuat kucuran dana sebesar 1,5 Miliar, belum lagi OPD terkait
lainnya. (RAMLI ISHAK) ***
0 Comments