PemkabOKU Selatan

PemkabOKU Selatan
Idhul Adha 1445 H

Dr.Elviriadi; Perkuat Sagu Pribumi, Pemkab Meranti Harus Pertahankan Moratorium Gambut

 

Meranti LHI

Kondisi geografis Kabupaten Kepulauan Meranti yang kaya rawa gambut menarik perhatian publik. Potensi alam gambut tersebut menjadi pembahasan tersendiri bagi Pakar Lingkungan Dr. Elviriadi yang juga putra kelahiran Selatpanjang Kabupaten termuda di Riau.

Elviriadi menilai, tanah gambut di Kabupaten Meranti mempunyai nilai istimewa bila dikelola dengan baik.“Ye, tanah ghedang (gambut) itu luar biasa misterinya. Khazanah flora fauna dan fungsi lingkungan dahsyat, kalau tak rahasia pengelolaannya makmurlah rakyat Meranti,” kata Elviriadi dengan khas logat melayunya.

Kepala Departemen Perubahan Iklim Majelis Nasional KAHMI itu minta agar Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti tidak mengutak atik gambut.“Ya, saya dengar udah ke Kementerian LHK. Minta Moratorium ijin lahan gambut di Meranti dibuka.  Saya kira sabarlah, ekonomi rakyat bawah dulu pikirkan,” pinta Elv.

Ketua Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah Itu menilai Upaya KLHK itu untuk melindungi gambut dari eksploitasi badan usaha yang berdampak negatif.“Peta Indikatif tahun 2020 itu kan memang banyak di Areal Peruntukan Lain (APL), dah pas itu. Agro-ekonomi rakyat kecil kembangkan. Jadi sentra cabe, kopi, sagu rakyat dan tanaman endemik lokal. Bikin kilang kilang sagu itu memperkaye siape? Tambah senjang lah pribumi dengan kaum kapitalis di kampung saye tu,” beber Elv panjang lebar.

Akademisi yang kerap menjadi saksi ahli di pengadilan itu mengingatkan bahaya Karhutla bila gambut di beri izin eksploitasi.“Tak ngeri mike nengok Karhutla asap bekepol, marah pak Jokowi. Lagi pula gegara Karhutla ni dah banyak orang kampung di Meranti jadi tumbal hukum, tak ade pejabat Meranti  membela deee, ” ulas Elv mengingatkan.

Elv meminta pembangunan di Kabupaten Meranti dikaji secara serius. Perlu dasar  prioritas dan studi Sumberdaya Alam.“Pulau Padang tu dah bekecai gambutnye oleh korporasi. Makanya di Rangsang dan Sungai Tohor harus dikawal gambutnya,” terang Elv putra kelahiran Kota Sagu itu.

“Mungkin ada aspirasi masyarakat yang prioritas. Macam “Kempang” Merbau-Alai itu mendesak anggarkanlah. Budak Centai siang malam nelpon saye. Kebun sagu orang Melayu dah bejual ke “tokeh”  tu, jadi perkuatlah yang tersisa tu,” pungkas  peneliti yang istiqamah gunduli kepala demi nasib hutan. (RAMLI ISHAK)

 

Post a Comment

0 Comments