Tubaba,LHI
Bupati
Tulang Bawang Barat (Tubaba) Umar Ahmad.SP., memberi orasi ilmiah pada acara
wisuda program sarjana Institut Teknologi Sumatera (Itera), di Kampus Itera,
Way Hui, Jatiagung, Lampung Selatan, Sabtu (05/10/119).
Kehadiran Umar Ahmad pada acara itu atas
undangan Rektor Itera melalui surat bernomor T/2749/IT9.A/HK.11/2019 tertanggal
30 September 2019.
Di hadapan para wisudawan, rektor, senat,
dan sivitas akademika Itera, Umar Ahmad menyampaikan orasi dengan judul:
“Menuju Tubaba, Pulang ke Masa Depan.”
Dijelaskan oleh Umar, bahwa Tubaba
adalah sebuah masa depan. Bagi masyarakat Tubaba, saat ini Tubaba sudah bukan
lagi sekadar singkatan dari Tulang Bawang Barat. Ia adalah masa depan—sebuah
rumah bagi semua, sebuah lahan subur bagi siapa pun untuk menyemaikan kembali
kebajikan sosial dan merekatkan lagi relasi antarmanusia. Di sana setiap
individu akan menemukan kembali kehangatan hubungan dengan orang-orang lain,
kemesraan hubungan dengan alam, dan juga menemukan kembali diri sejati.
“Di dunia masa depan yang kami namai
Tubaba itu, aspek-aspek material dan immaterial pembangun peradaban berada pada
titik kesetimbangan. Di sana, alam dan akal budi manusia saling melengkapi dan
menguatkan satu sama lain. Itulah titik kesetimbangan di mana pengetahuan dan
kehendak manusia benar-benar dicurahkan untuk membangun kehidupan yang lebih
baik—sebuah kehidupan yang ditandai oleh kehangatan di dalam interaksi sosial
dan sikap respek kepada alam dan kehidupan,” demikian kata Umar.
Dia melanjutkan, “Terus terang, itu masa
depan yang mengejutkan bagi kami sendiri. Itu sebuah kehidupan bersama yang
dibangun dengan standar tinggi, sebuah peradaban yang hanya bisa diwujudkan
dengan sikap menghargai pengetahuan, cita rasa artistik, visi yang jauh ke
depan, dan rasa hormat terhadap pihak lain dan semua elemen pembentuk
kehidupan.”
“Namun, urusan kami dengan satu kata
“Tubaba” rupanya sudah kepalang tanggung. Kami sudah telanjur melangkah. Maka,
sekalian saja kami putuskan bahwa hal pertama yang harus kami lakukan adalah
menetapkan standar tinggi,” kata Umar lagi.
Menurut Umar, setidaknya ada dua alasan
yang menjadi dasar bagi pihaknya untuk memilih itu. “Pertama, kita memang
semestinya tidak lagi menolerir kehidupan dengan mutu seadanya. Potensi dan
bakat-bakat terbaik tidak akan tumbuh mewujudkan kemungkinan terbaik jika
mereka ditangani dengan mutu seadanya. Kehidupan mengajarkan kepada kita: Hanya
semak belukar dan alang-alang yang akan tumbuh subur di lahan yang
terbengkelai, bukan warna-warni bunga.”
Dilanjutkannya,
“Kedua, kami tidak akan bisa sampai ke Tubaba jika kami sendiri menetapkan
standar rendah atau menjalankan kehidupan dengan mutu seadanya. Tubaba, atau
wilayah masa depan kami, menghendaki orang-orang yang “layak Tubaba” untuk
menjadi warganya. Karena itulah kami terus-menerus menanamkan kesadaran kepada
diri sendiri bahwa apa yang kami lakukan hari ini tidak lain adalah langkah
menuju Tubaba. Dan karena Tubaba adalah masa depan, maka kami menamai
perjalanan ke arah sana sebagai pulang ke masa depan, sebuah perjalanan mudik
ke kampung halaman yang selalu kami rindukan.”“Jadi, kami sekarang sedang
melatih diri sendiri agar kami bisa “memenuhi kualifikasi” sebagai warga
Tubaba-agar kami cocok serta ekosistem Tubaba,
agar kami “layak Tubaba," tegas Bupati.
Lalu Bupati Umar menjelaskan juga
tentang makna “pulang ke masa depan”. “Mungkin istilah itu terdengar tidak
lazim, tetapi sesungguhnya bukan sesuatu yang ganjil. Kita memang akan selalu
pulang ke masa depan. Pertanyaannya, masa depan yang seperti apa? Jawaban kami
untuk pertanyaan itu: Masa depan yang menawarkan solusi bagi kecerobohan kita
di masa lalu. Segala tindakan, kebiasaan, dan cara berpikir kita di masa lalu
telah membawa kita ke situasi hari ini. Segala tindakan, kebiasaan, dan cara
berpikir kita hari ini akan membawa kita ke masa depan. Jadi, masa depan adalah
sebuah situasi yang cocok dengan perangai, mentalitas, dan kebiasaan kita saat
ini.”!!
“Dalam perjalanan menuju Tubaba itu kami
bersyukur bahwa teman kami bertambah banyak dari waktu ke waktu. Mereka antara
lain para arsitek, perupa, penulis, pemusik, desainer, penata tari, pegiat
teater, aktivis lingkungan, aktivis dan pemikir pendidikan, pemikir kebudayaan,
ilmuwan, ahli pertanian, para ahli teknologi terapan, dan lain-lain. Dengan
ringan hati mereka mau terlibat dan menyumbangkan pengetahuan, wawasan, dan
kecakapan yang mereka miliki. Mereka memiliki kepedulian dan rasa bahagia untuk
menemani perjalanan kami menuju Tubaba.”
“Kami berbahagia dengan kehadiran
mereka. Sebagian dari mereka adalah orang-orang yang reputasinya dihormati di
bidang masing-masing. Dan mereka bukan orang-orang yang mudah dibujuk. Tetapi
untunglah kami tahu cara paling ampuh untuk mendatangkan mereka: ialah membuka
pintu lebar-lebar.”
“Dan cara itu akan saya lakukan juga
pada kesempatan ini. Silakan datang ke tempat kami. Pintu kami selalu terbuka
lebar bagi teman-teman di sini untuk berpartisipasi, melakukan uji lapangan dengan teknologi apa pun yang bisa
dijalankan di wilayah kami, atau sekadar bersilaturahmi dan bertukar
pikiran," tegasNya. (Afrizal**)
0 Comments