Pangandaran LHI
Dalam peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 yang dikenal dengan peristiwa G30S PKI, tentunya sangat meninggalkan luka dalam dan catatan kelam bagi bangsa Indonesia serta menjadi pengingat bagi kita semua tentang bagaimana pentingnya menjaga stabilitas nasional dan nilai-nilai Pancasila.
Disampalikan Predi Supriadi, selaku Ketua Komisariat PMII-STINU Al-FARABI Kabupaten Pangandaran melalui Pres rilisnya, mengatakan, "Disini saya akan mencoba melihat dari kacamata ekonomi, sosial dan politik. Dari kacamata ekonomi, tentunya hal tersebut memberikan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia yang mana terjadinya inflasi, kemiskinan dan ketidakstabilan ekonomi. Selasa (30/9/3025) .
"Tidak hanya itu kebijakan yang dikeluarkan presiden saat itu yakni Soeharto mengambil kebijakan ekonomi liberal dan kapitalis yang menurut saya ini menjadi dampak kompleks bagi negara dan masyarakat hingga harus dilihat apakah relevan atau tidak dengan situasi dan kondisi pada masa itu karena dengan kebijakan tersebut negara Indonesia menjadi ketergantungan terhadap modal asing dan memiliki efek jangka panjang bagi negara Indonesia.
Lalu dalam kacamata sosial dampak terhadap masyarakat juga memakan korban jiwa hingga terpecah belahnya masyarakat antara pendukung Sukarno dan Suharto yang kemudian ini sangat mempengaruhi kondisi sosial di masyarakat dan hilangnya point-point Pancasila mengenai kemanusiaan, Persatuan, Keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia, jelas Predi.
"Kemudian Dalam kacamata politik juga hal tersebut sangat berdampak terhadap dinamika saat itu yang melahirkan pergantian kepemimpinan dari Sukarno yang diambil alih oleh Suharto yang kemudian Suharto menjadikan moment tersebut untuk mengkonsolidasikan kekuasaannya dan menekan terhadap oposisi politik yang sangat jelas ini mencederai dan bertentangan dengan Pasal 28 UUD 1945.
Predi juga menambahkan, "Dengan adanya sejarah tersebut kiranya ini perlu menjadi sebuah catatan penting bagi kita semua dan perlu kita refleksikan bersama sehingga mendapatkan pembelajaran dan meningkatkan kecintaan terhadap negara, meningkatkan spirit untuk kemudian saling menjaga sesama masyarakat dan lingkungan sekitar.
Ditkatakan Predi, dalam konteks ini PMII sebagai organisasi islam tentunya berkomitmen dengan menjaga intelektualitas dan spiritualitas untuk terus menghidupkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan kebangsaan hingga terciptanya stabilitas nasional. Tidak hanya itu PMII juga memiliki beberapa nilai seperti keadilan, kesetaraan dan persatuan yang menuntun terciptanya Keamanan, Kedamaian dan kesejahteraan.
"Saya mengutip pernyataan Imanuel kant yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak hanya berasal dari pengalaman indra atau empiris, tetapi juga membutuhkan aktivitas pikiran dalam menyusun dan menyatukan pengalaman tersebut menjadi satu kesatuan yang bermakna.
Menurut Kant, pengalaman itu sendiri perlu diolah oleh akal budi melalui proses yang disebut sintesis transendental, di mana akal menyatukan berbagai persepsi menjadi satu kesadaran tunggal.
"Maka dari itu dalam hari peringatan G30S PKI ini saya selaku ketua Komisariat PMII STITNU Alfarabi Pangandaran menyarankan serta mengajak seluruh elemen masyarakat dan Intansi Pemerintahan khususnya di Kabupaten Pangandaran untuk mengadakan ruang refleksi dan berdiskusi baik secara publik ataupun di ruang riungnya masing-masing mengenai pandangan-pandangan tentang peristiwa G30S PKI, sehingga dengan upaya tersebut bisa lebih membuka cakrawala pemikiran dan menambah pengetahuan serta memetik pembelajaran untuk kemudian tumbuh kesadaran dan kecintaan terhadap kemajuan Pangandaran khususnya Umumnya untuk negara Indonesia,
"Karena mengutip dari pernyataan Imanuel kant seorang filsup Jerman Ia mengatakan bahwa Pengalaman adalah pengetahuan yang timbul dari pengamatan yang sadar, pungkasnya. (AS)**
0 Comments