PemkabOKU Selatan

PemkabOKU Selatan
Natal 2024 dan Tahun Baru 2025

Desa Sindangangin Gelar Rembug Stunting Periode 1 Tahun 2025, Fokus pada Pencegahan dan Penanganan


 


Ciamis LHI

Pemerintah Desa Sindangangin, Kecamatan Lakbok, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, menggelar kegiatan Rembug Stunting Periode 1 Tahun 2025 di Aula Desa Sindangangin. Acara ini mengangkat tema “Pencegahan dan Penanganan” dan dihadiri oleh jajaran pemerintah desa, Kamtibmas, Babinsa, serta para kader kesehatan dan masyarakat yang aktif dalam upaya pencegahan stunting. Rabu(30/04/2025).

Kepala Desa Sindangangin Mis’an Suratman menjelaskan, bahwa kegiatan rembug stunting ini merupakan bagian dari agenda rutin tahunan yang dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan April, Agustus, dan Desember. “Rembug ini sangat penting sebagai forum untuk menyusun strategi bersama dalam menangani dan mencegah stunting di desa kami,” ujarnya.

Saat ini, di Desa Sindangangin Kabupaten Lakbok Ciamis terdapat dua anak yang mengalami stunting dan sudah mendapatkan intervensi dari pemerintah melalui program makanan tambahan (PMT) yang dibiayai oleh anggaran Dinas Kesehatan  “Intervensi dilakukan selama dua tahun, termasuk juga untuk ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK),” tambahnya. Tercatat, ada 4 ibu hamil KEK dan 6 balita dengan gizi kurang yang juga sudah mendapat perhatian.

Selain penanganan langsung, pencegahan jangka panjang juga menjadi fokus utama. Edukasi tentang pola asuh, gizi, sanitasi, serta penyuluhan bagi remaja dan calon pengantin terus digalakkan.

“Pencegahan harus dimulai dari hulu, bahkan sejak remaja dan sebelum menikah. Kami juga menekankan pentingnya jarak kelahiran, serta menghindari pernikahan dan kehamilan di usia dini atau terlalu tua,” terang Mis’an.

Desa Sindangangin juga telah melaksanakan program Open Defecation Free (ODF) dengan memberikan bantuan stimulan WC kepada warga yang belum memiliki fasilitas sanitasi layak. Program ini telah berjalan selama tiga tahun berturut-turut.

“Lingkungan yang tidak bersih juga menjadi penyebab stunting, makanya kami pastikan warga tidak lagi buang air besar di kolam atau sembarangan,” tegasnya.

Sebagai bagian dari ketahanan pangan keluarga, desa juga mendukung budidaya tanaman bergizi di pekarangan rumah melalui program Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan sayuran, meski diakui anggaran dana desa cukup terbatas. “Dari total Dana Desa sekitar Rp993 juta, sebagian dialokasikan untuk penanggulangan stunting dan pemberdayaan kader,” kata Mis’an.

Ia menyebut bahwa setiap posyandu kini didukung oleh 15 kader aktif, masing-masing diberikan insentif sebesar Rp100 ribu per bulan. Meski kecil, insentif ini dinilai cukup memotivasi karena semangat para kader tetap tinggi dan bekerja dengan sukarela. Pemerintah desa juga memfasilitasi seragam dan kebutuhan operasional lainnya.

Kepala Desa Mis'an berharap, upaya berkelanjutan ini bisa mewujudkan generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045.“Kami terus memantau dampak dari intervensi ini. Harapannya, tidak ada lagi anak yang stunting di masa mendatang. Ini tanggung jawab bersama, dan kami di desa berkomitmen penuh untuk menjalankannya,” tutup Mis’an..(ADE ARIS)****

Post a Comment

0 Comments