Pangandaran, LHI
Petani
kopi dibawah binaan organisasi Serikat Petani Pasundan (SPP) Kabupaten
Pangandaran berhasil ciptakan prodak kopi tradisional.Salahsatu pendamping SPP
di Kabupaten Pangandaran Nur Arifin,30,
mengatakan, hasil panen petani kopi di Kabupaten Pangandaran setiap musim panen
rata-rata mencapai 50 ton.
Namun harga kopi tidak sesuai harapan petani karena kalah saing
dalam menentukan harga kopi dipasaran."Harga jual kopi dari petani ke
tengkulak ditampung dengan harga yang sangat rendah yaitu Rp15 ribu per
kilogram," kata Nur.
Atas keprihatinan tersebut sejumlah aktivis Mahasiswa yang
tergabung dalam organisasi Forum Aspirasi Rakyat dan Mahasiswa Ciamis (Farmaci)
melakukan pendampingan kepada petani kopi SPP."Kami melakukan pendampingan
kepada petani agar mereka faham hukum, berpenghasilan lebih dan mampu bersaing
dalam memasarkan hasil pertanian," kata Nur.
Nur menambahkan, setelah dilakukan pembinaan, petani kopi kini
bisa memasarkan kopi dengan harga yang layak dan mampu bersaing dipasaran."Agar
harga kopi tidak rendah, petani kopi dilatih untuk menghasilkan biji kopi yang
berkualitas," tambahnya.
Nur menjelaskan, petani kopi disarankan untuk memetik buah kopi
yang sudah merah yang biasa disebut chery."Setelah selesai pemetikan,
petani kopi juga dilatih cara penjemuran kopi dan pemilihan biji kopi yang
berkualitas," jelasnya.
Sesudah biji kopi kering, petani kembali memilih bahan yang
tidak cacat, sehingga setelah di roasting berhasil menciptakan rasa kopi yang
khas.
Nur memaparkan, melalui pengolahan kopi yang maksimal, harga
kopi kering atau greand beand dihargai Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram. "Selain mempu memberdayakan ekonomi
petani kopi, sebagai pendamping berhasil memproduksi kopi Kujang
Pasundan," paparnya.
Kopi Kujang Pasundan yang di produksi pendamping berbahan dasar
kopi petani binaan SPP."Harga jual kopi Kujang Pasundang dipasaran saat
ini Rp50 ribu per 250 gram," terang Nur.(AGUS.S)***
0 Comments