Oleh : Ahyarul Fitriadin
Kepemimpinan dilihat dari berbagai aspek dalam menjalankan kebijakan publik yang tidak berat sebelah atau poligami politik yang menyayangi salah satu daerah atau salah satu kelompok.
Pemimpin juga menempatkan skematis dengan tepat guna efektif dan efisien. Tidak lantas kemudian melahirkan kontroversi demi eksistensi yang tidak menuntaskan kebijakan yang sudah dijanjikan apalagi sudah menjadi buah dari pohon pemerintahan yaitu program kerja dalam bentuk program pembangunan fisik maupun sosial.
Ketua Komisariat PMII PADJADJARAN Ahyarul Fitriadin menyesalkan "Memberikan janji terhadap rakyat untuk kemudian menjadi sebuah program itu adalah lagu dan omong kosong lama, bagaimana masyarakat mau percaya terhadap pemimpin suatu negara maupun daerah bilamana pemimpinnya sewenang-wenang berlindung dibalik jubah ideologi, jubah agama yang tidak tuntas sampai ke akarnya. Sama saja dengan berjanji mengecat langit dan menghotmix laut, Banyak alasan tidak masuk akal".
Ahyarul menilai bahwa kebijakan tidak hanya dilihat dari emosional suatu daerah terhadap jumlah pilihan yang didapatkan dalam pemilu. Tidak hanya dilihat dari keberpihakan dalam kontestasi politik tapi juga harus menjadikan pandangan semuanya adalah rakyat yang harus diayomi dan harus diberikan kebijakan secara adil dan bijak bukan karena nafsu kepemimpinan yang sifatnya pribadi.
"Pemimpin adalah sosok yang harus memberi contoh yang baik dan benar karena ada etika yang harus dilakukan dengan baju kebesaran yang sedang digunakan dalam mengemban amanah tangkuk kebijaksanaan", pungkas Ahyarul. (AS)
0 Comments