DPRD OKU Selatan

DPRD OKU Selatan
Marhaban Yaa Ramadhan

Anton Charliyan Mengapresiasi Positif Acara Jamasan Pusaka dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Keraton Sumedang Larang

 


Sumedang, LINTAS HUKUM INDONESIA--Karaton Sumedang Larang mengkirabkan tujuh senjata pusaka di sekitar Alun-alun Kabupaten Sumedang, Selasa (27/9/2022).  Iring-iringan kirab diikuti ratusan orang. Mereka adalah anggota keluarga keturunan karaton yang sering disebut anggota Kawargian Karaton Sumedang Larang, tampak Sri Raja R.Uwa Lukman S, kemudian sejumlah besar tamu undangan, di antaranya mantan Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol (Purn) Dr.H. Anton Charliyan,MPKN , Prof.Didi T Ketua Paguyuban Pasundan, Bunda Ully Sigar, Paramitha Rusady, Ketua Walet Basura Pangeran Raja Aom R.Lucky S, Dandim Sumedang.,, Kapolres Sumedang, Kadis Pariwisata, Wakil ketua DPRD Sumedang, Rajawali Soekapura Randen Dicky Z Sastrakusumah, dan masyarakat Sumedang pada umumnya. Juga wargi-wargi yang hadir datang dari Bogor, Jakarta, Tangerang, Tasikmalaya, Ciamis, bahkan Singapura.

Kirab dimulai dari Karaton Sumedang Larang di sekitar Gedung Negara, dan kembali lagi ke tempat itu. Iring-iringan berjalan kaki mengikuti para pembawa pusaka dan Mahkota Binokasih. Rutenya, Karaton Sumedang Larang, kemudian depan Gedung DPRD, depan Masjid Agung, lalu masuk lagi ke jalan arteri menuju ke Karaton kembali.  Di antara kegiatan dalam rangakaian kirab itu adalah jamasan.

Tujuh pusaka yang menjalani jamasan adalah adalah pusaka-pusaka peninggalan tokoh-tokoh masyhur dalam perjalanan sejarah Karaton Sumedang Larang sampai menjadi Kabupaten Sumedang. Ada pedang "Ki Mastak" milik Prabu Tadjimalela, keris "Ki Dukun" milik Prabu Gajah Agung, keris "Panunggul Naga" milik Prabu Geusan Ulun, keris "Nagasastra I" milik Panembahan Sumedang, keris "Nagasastra II" milik Pangeran Kornel,  serta badik "Curuk Aul I" dan "Curuk Aul II", dua badik kembar milik kandaga lante Kerajaan Padjadjaran bernama Jaya Perkasa.

 Ketua Yayasan Nazhir Wakaf Pangeran Sumedang (YNWPS), Rd. Lucky Djohari Soemawilaga kepada   di Bale Agung Srimanganti Keraton Sumedang Jawa Barat (Jabar), Selasa (27/9/2022) mengatakan."Kegiatan ini merupakan agenda tahunan dalam rangkaian memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 Hijriyah yang diinisiasi oleh Keraton Sumedang Larang. Ini juga dalam rangka melestarikan dan mengembangkan budaya leluluhur Sumedang, Keraton Sumedang Larang," ujarnya.

Lucky mengatakan, rangkaian acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H di Keraton Sumedang Larang di awali dengan upacara Nyuguh Ageung dan pengajian Manaqib Syekh Abdul Qadir Aljaelani pada Senin 26 September 2022 kemarin."Acara hari ini merupakan lanjutan dari kemarin berupa Ngarak Pusaka yakni sebuah ritual membawa sejumlah pusaka dari Keraton Sumedang Larang dengan cara di arak mengitari Alun-alun Sumedang hingga kembali lagi ke Bale Srimanganti Keraton Sumedang Larang untuk dilakukan proses Ngumbah atau Jamasan Pusaka," terangnya.

Sementara itu, Abah Anton panggilan akrab Anton Charliyan mengapresiasi acara Jamas Pusaka dan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan  Keraton Sumedang Larang, agar tradisi ini tetap dilestarikan oleh masyarakat Sunda terutama warga Sumedang. “Sebab, tradisi ini tidak menyimpang dari aturan agama, karena karena acara ini dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan setiap tahun sehingga menjadi tradisi tahunan di Keraton Sumedang Larang. Kali ini memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1444 H,”ujarnya

Abah Anton mencontohkan,sebelum prosesi Ngumbah atau Jamasan Pusaka terlebih dahulu dilakukan pembacaan ayat suci Alqur'an, tawasulan, barulah prosesi Jamasan Pusaka yang diakhiri dengan Marhabaan dan Qobulan. “Semoga acara ini akan  berdampak manfaat dan maslahat. Kami harapkan prosesi tradisi Keraton Sumedang Larang ini agar selalu digelorakan dalam upaya menjaga dan memelihara tradisi budaya Sumedang Larang yang bernilai luhur," katanya.

Menurut mantan Kadiv Humas Polri ini, bahwa tradisi Jamasan Pusaka atau Ngumbah Pusaka di Keraton Sumedang Larang yang notabene sebagai prosesi pembersihan memiliki filosofi bahwa manusia juga harus membersihkan hati dari sifat sifat yang tidak terpuji."Tradisi ngumbah pusaka ini merupakan simbolisme warisan budaya, dimana filosofi manusia dituntut untuk dapat kembali ke fitrahnya. Yakni, terus berupaya menjaga hatinya agar tetap bersih dari sifat iri, dengki, syirik dan lain sebagainya,"  ungkapnya

Karena itu,  Anton Charliyan selaku sesepuh masyarakat Jawa Barat sekaligus tokoh yang pedulu terhadap kemajuan seni budaya Sunda mengapresiasi positif bahwa agenda tahunan dari Keraton Sumedang Larang yang syarat dengan tradisi adat budaya itu masih terus di pertahankan bahkan dilestarikan."Saya sangat mendukung dan mendorong agar tradisi adat budaya khas Sumedang termasuk Jamasan Pusaka di Keraton Sumedang Larang terus dilestarikan keberadaannya. Hal ini juga sangat bernilai edukatif terutama bagi generasi milenial," pungkasnya. (REDI MULYADI)***.

 

Post a Comment

0 Comments