DPRD OKU Selatan

DPRD OKU Selatan
Marhaban Yaa Ramadhan

Kolektor Home Credit Dinilai Tidak Memiliki Etika

Batam, LHI.

Bagian Penagihan dari PT. Home Credit Indonesia yang bergerak di bidang pembiayaan atau finance terkesan bagaikan peneror misterius dan dinilai tidak memiliki etika. Hal itu disampaikan oleh Jonrius Sinurat selaku nasabah atau konsumen lama di perkreditan Home Credit.

"Saya merasa tidak nyaman dengan cara yang dilakukan oleh pihak penagihan dari Home Credit ini, saya merasa di teror oleh mereka ini, saya tahu kalau saya punya hutang dan tanggungjawab, tapi kan kita butuh kenyamanan juga dong," kata pemilik media online jejaksiber.com itu, Selasa malam (7/12/21).

Jonrius juga mengungkapkan bahwa sikap dan perilaku penagihan Home Credit tersebut tidak menunjukkan etika dalam melakukan konfirmasi pembayaran terhadap konsumen.

"Yang saya tahu, dalam proses konfirmasi itu diperlukan juga etika, terutama melalui panggilan seluler, masak ia malam-malam juga melakukan konfirmasi kepada nasabah? Apakah tidak bisa dilakukan pada pagi hari sampai sore, dalam arti pada jam kerja," ungkap Jonrius saat ditemui di salah satu tempat makan di komplek Harbour Bay, Jodoh, Kota Batam.

Ketua Organisasi Kewartawanan Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Solidaritas Pers Indonesia (SPI) Kepri itu menyesalkan sikap pekerja Home Credit tersebut, ia mengatakan sebagai perusahaan pembiayaan yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semestinya diajarkan etika untuk menjaga kenyamanan nasabah.

"Saya ini bukan lagi konsumen baru di Home Credit, dan boleh di cek selama ini kita tidak pernah ada masalah, bahkan sebelumnya saya ditawarkan untuk melakukan pinjaman hingga limit Rp.25 juta, baru hitungan hari aja telat kok sudah di kejar-kejar bagaikan DPO, bahkan istri dan kontak referensi saya aja pun ikut di teror," pungkasnya dengan nada kesal.

Menurut nasabah Toyota Astra Finance itu, sebagai konsumen, ia juga memiliki hak untuk memberikan penjelasan atas keterlambatan pembayaran kredit nya.

"Kita juga memiliki hak untuk merasa nyaman sebagai nasabah, toh kalau ada keterlambatan kan dikenakan denda juga, kita sudah jelaskan bahwa dana belum cukup untuk melakukan pembayaran, tapi kita serasa dipaksa, bahkan pernah diminta untuk melakukan pinjaman dana dari orang lain untuk membayar tagihan, kan sudah gila, sama saja menjerumuskan kita dalam hutang piutang," ujar mantan Kolektor di salah satu perusahaan finance itu.

Kekesalan Jonrius itu memuncak saat dia di konfirmasi oleh pegawai Home Credit terkait pembayaran kredit handphonenya dengan jangka waktu 6 (enam) yang sudah dibayar dua kali angsuran, pada Selasa malam (7/12/21) pukul 19.05 WIB.

"Bagaimana tidak kesal, kita sudah pusing mikirin hidup ditengah pandemi Covid-19, tambah lagi kita di teror, padahal semalam sudah kita buat janji paling lama tanggal 15 Desember akan kita upayakan melakukan pembayaran, tapi masih aja di uber," pungkasnya.

"Padahal keterlambatan baru 1 (satu) hari, karena saya kemaren ambil hp nya tanggal 6 September 2021, tapi sejak tanggal 1 setiap bulannya sudah sibuk nelpon setiap hari, jadi kita tidak tahu sebenarnya di sistem mereka tangan berapa jatuh tempo kredit saya," tutup Jonrius yang akrab disapa John Letter's itu.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak Home Credit belum dapat dimintai keterangan terkait kekesalan dari nasabah mereka itu. (Team)

Post a Comment

0 Comments